SEJARAH MINAHASA

Minahasa berasal dari kata "MAESA" yang mendapat sisipan "IN" menjadi "MINAESA" yang berarti persatuan.
Pada masa lampau Minahasa dikenal dengan nama "MALESUNG".

Orang minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut pemukiman leluhur terlebih dulu di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Nieutakan (daerah sekitar tompaso baru saat ini). Pada masa ini pemerintahan menggunakan sistem kerajaan. Seorang raja bertahta berdasarkan garis keturunan.
Orang minahasa pada waktu itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
Makarua Siow : para pengatur Ibadah dan Adat
Makatelu Pitu : yang mengatur pemerintahan
Pasiowan Telu : Rakyat
Pembagian golongan berdasarkan keturunan darah.
Oleh karena semakin lama pemerintahan semakin korup dan sewenang-wenang, maka terjadilah revolusi rakyat yang menggulingkan pemerintahan monarki.

Sistem pemerintahan kemasyarakatan akhirnya berubah setelah melalui musyawarah yang mendeklarasikan sistem pemilihan umum, pemerintahan negara demokrasi kuno, hasil musyawarah dituliskan pada sebuah batu prasasti yang kemudian dikenal dengan sebutan Watu Pinawetengan. Menurut P.Lumoindong peristiwa tersebut terjadi sekitar tahun 400-500 Masehi.

Hasil riset Dr. J.P.G. Riedel, bahwa hal tersebut terjadi sekitar tahun 670 di Minahasa telah terjadi suatu musyawarah di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian wilayah Minahasa.

Disana mereka mendirikan perhimpunan negara yang merdeka, yang akan membentuk satu kesatuan dan tinggal bersama dan akan memerangi musuh manapun dari luar jika mereka diserang, Ratahan nanti bergabung dengan perserikatan Minahasa ini sekitar tahun 1690.Pakasa’an Tou-Ure kemungkinan tidak ikut dalam musyawarah di Pinawetengan untuk berikrar satu keturunan Toar dan Lumimuut dimana semua Pakasa’an menyebut dirinya Mahasa asal kata Esa artinya satu, hingga Tou-Ure dilupakan dalam cerita tua Minahasa.

Pembagian wilayah minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu:Anak suku Tontewoh (Tonsea) : wilayahnya ke timur laut Anak suku Tombulu : wilayahnya menuju utara Anak suku Toulour : menuju timur (atep) Anak suku Tompekawa : ke barat laut, menempati sebelah timur tombasian besarPada saat itu daratan minahasa belum dipadati penduduk, baru beberapa daerah yang dipadati penduduk, di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia, Kalawatan. Perkembangan anak suku seperti anak suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dan bantik.

Belum dapat ditelusuri pada abad keberapa pakasa’an Tountewo pecah dua menjadi Pakasa’an Toundanou dan Tounsea hingga Minahasa memiliki empat Pakasa’an . Yakni Toungkimbut berubah menjadi Toumpakewa, Toumbuluk, Tonsea dan Toundanou. Kondisi Pakasa’an di Minahasa pada jaman Belanda terlihat sudah berubah lagi dimana Pakasa’an Tontemboan telah membelah dua wilayah Pakasa’an Toundanouw (lihat gambar) dan telah lahir pakasa’an Tondano, Touwuntu dan Toundanou. Pakasa’an Tondano teridiri dari walak Kakas, Romboken dan Toulour. Pakasa’an Touwuntu terdiri dari walak Tousuraya dan Toulumalak yang sekarang disebut Pasan serta Ratahan. Pakasa’an Toundanou terdiri dari walak Tombatu dan Tonsawang.

Walak dan Pakasa'an Wilayah walak Toulour agak lain karena selain meliputi daratan juga membahagi danau Tondano antara sub-walak Tounour yakni Touliang dan Toulimambot. Yang tidak memiliki Pakasa’an adalah walak Bantik yang tersebar di Malalayang, Kema dan Ratahan bahkan ada di Mongondouw-walaupun etnis Bantik juga keturunan Toar dan Lumimuut. Menurut legenda etnis Bantik jaman lampau terlambat datang pada musyawarah di batu Pinawetengan. Ada tiga nama dotu Muntu-Untu dalam legenda Minahasa yakni Muntu-Untu abad ke-7 asal Toungkimbut (Tontemboan). Muntu-Untu abad 12 asal Tonsea-menurut istilah Tonsea. Dan Muntu-Untu abad 15 jaman Spanyol berarti ada tiga kali musyawarah besar di batu Pinawetengan untuk berikrar agar tetap bersatu.

Sistem Pemerintahan pada empat suku utama terdiri atas :Walian :Pemimpin agama / adat serta dukun Tonaas : Orang keras, yang ahli dibidang pertanian, kewanuaan, mereka yang dipilih menjadi kepala walak Teterusan : Panglima perang Potuasan : Penasehat

Catatan Ratahan, Pasan, Ponosakan dari data buku terbitan tahun 1871. Pada awal abad 16 wilayah Ratahan ramai dengan perdagangan dengan Ternate dan Tidore, pelabuhannya disebut Mandolang yang sekarang bernama Belang (Bentenan). Pelabuhan ini pada waktu itu lebih ramai dari pelabuhan Manado. Terbentuknya Ratahan dan Pasan dikisahkan sebagai berikut; pada jaman raja Mongondouw bernama Mokodompis menduduki wilayah Tompakewa, lalu Lengsangalu dari negeri Pontak membawa taranaknya pindah ke wilayah “Pikot” di selatan Mandolang-Bentenan (Belang). Lengsangalu punya dua anak lelaki yakni Raliu yang kemudian mendirikan negeri Pelolongan yang kemudian jadi Ratahan, dan Potangkuman menikah dengan gadis Towuntu lalu mendirikan negri Pasan. Negeri Toulumawak dipimpin oleh kepala negeri seorang wanita bersuami orang Kema Tonsea bernama Londok yang tidak lagi dapat kembali ke Kema karena dihadang armada perahu orang Tolour. Karena orang Ratahan bersahabat dengan Portugis maka wilayah itu diserang bajak laut “Kerang” (Philipina Selatan) dan bajak laut Tobelo.
Kepala Walak pada waktu itu bernama Soputan mendapatkan bantuan tentara 800 orang dari Tombulu dipimpin Makaware dan anak lelakinya bernama Watulumanap. Selesai peperangan pasukan Tombulu kembali ke Pakasa’annya tapi Watulunanap menikah dengan gadis Ratahan dan menjadi kepala Walak menggantikan Soputan yang telah menjadi buta. Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan Tafure. Kemudian kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu terjadi persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut. Pandey asal Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke Minahasa, tapi karena musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo. Anak lelaki Pandey bernama Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang karena dia ahli menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan penyerang dari Mongondouw di wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang Ternate dengan nama “Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora Ternate untuk menhalau Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate sehinga membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan Tidore lari ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui Bentengan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung. Para budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan.
Kesimpulan sementara yang dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah
Penduduk asli wilayah ini adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan, mereka adalah keturunan Opok Soputan abad ke-tujuh. Nama Opok Soputan ini muncul lagi sebagai kepala walak wilayah itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik Raliu dan Potangkuman. Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan para pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan tawanan bajak laut mungkin dari Sangihe.
Peperangan besar yang melanda wilayah ini menghancurkan Pakasa’an Touwuntu yang terpecah menjadi walak–walak kecil yang saling berbeda bahasa dan adat kebiasaan yakni Ratahan, Pasan, Ponosakan. Masyarakat Kawanua Jakarta mengusulkan agar wilayah ini dikembalikan lagi menjadi Pakasa’an dengan satu nama Toratan (Tou Ratahan-Pasan-Ponosakan). Karena negeri-negeri orang Ratahan, Pasan, Ponosakan saling silang, berdekatan seperti butir padi, kadele dan jagung giling yang diaduk menjadi satu. Penduduk wilayah ini memang sudah kawin-mawin sejak pemerintahan dotu Maringka akhir abad 18.
Dahulu sebelum kedatangan bangsa eropah daerah ini dipimpin seorang raja, kemudian saat pecah perang Minahasa Bolaang Mongondow maka daerah ini bergabung dengan pasukan perserikatan Minahasa. Pada pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi lama kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja menjadi pejabat pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi 'camat'. Pada sekitar tahun 1700 pecah perang Ratahan melawan Belanda, karena ratahan menolak wilayahnya masuk dalam kekuasaan Belanda. Para raja yang pernah berkuasa di Ratahan diantaranya : Antou, Soputan, Maringka.

Saat bangsa Eropah mulai mendiami daerah Minahasa sejak tahun 1512 maka semakin terjadi perkembangan dalam sistem kemasyarakatan. Masa Portugis, Spanyol, VOC (Belanda)Minahasa telah Memiliki lebih dari 20 kepala negara republik otonom.

Pada tahun 1919 Belanda mengubah Minahasa menjadi 16 Daerah dibawah kekuasaannya. Seperti yang tertuang dalam lembaran Negara Nomor 64 Tahun 1919. Pada saat itu minahasa terbagi dalam 16 distrik : distrik tonsea, manado, bantik, maumbi, tondano, touliang, tomohon, sarongsong, tombariri, sonder, kawangkoan, rumoong, tombasian, pineleng, tonsawang, dan tompaso. Kemudian Tahun 1925,dirubah menjadi 6 distrik yaitu distrik manado, tonsea, tomohon, kawangkoan, ratahan, dan amurang.

Sejalan dengan perkembangan otonomi maka tahun 1919, kota Manado yang berada di tanah Minahasa, diberikan pula otonom menjadi Wilayah Kota manado. Kemudian karena kemajuan yang semakin cepat, maka status kecamatan Bitung, berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 4 Yahun 1975 Tanggal 10 April 1975 telah ditetapkan menjadi Kota Administratif Bitung, dan selanjutnya pada tahun 1982 ditetapkan menjadi Kota Bitung.
Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rentang kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat usulan pembentukan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon diproses bersama-sama dengan 25 calon Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan setelah melalui proses persetujuan DPR-RI, maka Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan menjadi Kabupaten dan Kota Otonom di Indonesia melalui UU Nomor 10 tahun 2003 tertanggal 25 Pebruari 2003. Pada tanggal 21 Nopember 2003 dengan UU Nomor 33 Tahun 2003 , Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan menjadi daerah otonom yang baru. Dengan adanya Pemekaran tersebut maka wilayah minahasa menjadi 4 (empat) Kabupaten (Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara) dan 3 (dua) Kota (Kota Manado, Bitung dan Tomohon).

Sayang sekali hingga kini sejarah Minahasa belum diperhitungkan untuk masuk dalam sejarah buku nasional Indonesia. Itu sebabnya PelajaranTondano�Kisah �Perang Tondano� antara Tou Minahasa dengan penjajah Belanda, terus diperjuangkan oleh tokoh-tokoh masyarakat, untuk masuk dalam buku pelajaran sejarah Nasional Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari upaya para tokoh masyarakat yang akan melaksanakan pra seminar mengenai cerita pertempuran tersebut. Menurut Profesor Drs Aubrey Brian G Rattu DEA, yang membawa makalah dalam pra-seminar tersebut, inti yang akan ditampilkan adalah menyangkut pelurusan sejarah Perang Tondano yang terjadi pada tahun 1808-1809 silam. �Pelurusan ini untuk dapat diperjuangkan masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah nasional, mulai tingkat SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia,� ujar Rattu. Dikatakannya lagi, pelurusan sejarah ini perlu dilakukan karena hingga kini kisah tersebut tak pernah disentil ataupun dimasukkan dalam buku-buku sejarah. �Kebanyakan buku sejarah isinya lebih banyak menceriterakan perjuangan yang terjadi di daerah lain terutama Pulau Jawa, jadi buku sejarah yang ada lebih kepada Jawa Centris,� jelasnya. Sementara itu, pada praseminar di Jakarta lalu menghadirkan pihak Depdagri, Depdiknas, para tokoh-tokoh Kawanua yang berkiprah di ibukota dan sejumlah elemen terkait. Pra seminar akan dilanjutkan dengan seminar di Manado yang diketuai oleh Laksamana Pertama Willem Rampangiley, dan diharapkan hal ini akan menghasilkan sesuatu yang bisa berguna bagi tujuan masyarakat Minahasa pada khususnya dan Sulut pada umumnya.

Minggu, 21 Februari 2010

Souvenir Traditional Khas Sulawesi Utara Manado (juga Indonesia)

Souvenir Traditional Manado dan Indonesia

Selain berbagai lokasi wisata alam, wisata sejarah, wisata boga anda juga dapat membawa souvenir sebagai kenang-kenangan ke rumah anda.




Souvenir dapat anda beli sebagai hadiah bagi keluarga atau sahabatmu, souvenir yang unik, indah dan sangat langkah ciri khas tradisional Manado.





Souvenir berupa peralatan makan dari bahan alami batok kelapa, bambu, kayu, rotan, hiasan miniatur kapal layar tradisional, miniatur rumah tradisional Minahasa (suku mayoritas di Sulawesi Utara, suku asli dan berbatasan dengan kota Manado), semuanya dikerjakan tenaga trampil asli orang Minahasa.





Senjata Tradisional Kelewang

Perisai atau lebih dikenal di daerah Sulawesi Utara dengan sebutan Kelewang adalah salah satu senjata yang sering digunakan oleh suku Minahasa maupun oleh masyarakat Manado. Dari segi penggunaannya Kelewang atau Perisai ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata pelindung dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari Perisai ini memiliki ciri ukir khas Minahasa yang sangat unik.

Kami menyediakan Kelewang ini dalam bentuk souvenir, tapi walaupun demikian bisa pula dipakai buat berburu, tergantung bagaimana kayunya. Ada jenis kayu hitam yang kuat dan ada yang kayu biasa.

Menjual ukiran alam yang punya nilai seni tinggi Ukiran ini terbuat dari hati akar kayu yang berumur puluhan tahun malah sampai ratusan...

Kami menjual alat musik tradisional sulawesi utara, seperti : Kolintang, Dendeng, Kecapi, Musik bambu, Suling, Musik Bia Dll.

dan kami juga menjual Miniatur alat musik tersebut.


MENAWARKAN BERBAGAI MACAM SOUVENIR KHAS TRADISIONAL YANG SPESIALIS MELAYANI PARTAI BESAR ATAU 300PCS KEATAS DENGAN HARGA KHUSUS



Kami menerima pembuatan dan menjual aneka topeng tradisional dari kayu maupun kombinasi batik.
tersedia juga kerajinan topeng Minahasal untuk pernak-pernik souvenir.
sangat cocok untuk hiasan dinding maupun untuk koleksi hiasan rumah anda.
bisa dipakai untuk kenang-kenangan maupun hadiah/ souvenir.



Jual Kain Tenun tradisional Minahasa (tenun Bentenan) — Sulawesi Utara

  • Lokasi: Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
  • Tanggal Terpasang: Februari 25 tahun 2010
  • Harga: Rp 300.000 s/d Rp 2.ooo.ooo,-

kami, Sentra tenun Minahasa menyediakan kain-kain Minahasa berkualitas tinggi, motif terbaik dengan harga terjangkau. Kunjungi situs kami di www.manadomarketnews.blogspot.com

Kami melayani penjualan ke seluruh Indonesia bahkan manca negara.



Kerajinan tas berbahan alami seperti rotan, ate , mendong, tempurung kelapa dan bambu kami jual juga suvenir khas beragam kreasi tas alami buatan perajin Bali, Dayak, Toraja, Papua, Maluku.

TAS ROTAN – Tampak salah satu tas unik berbahan rotan yang permintaannya tak pernah surut.

Contoh harga tas alami:

Jenis tas Harga

Tas mendong Rp 45.000 – Rp 60.000

Tas ate Rp 100.000 – Rp 145.000

Tas rotan Rp 50.000 – Rp 65.000

Tas tempurung kelapa Rp 20.000 – Rp 50.000

Tas bambu Rp 20.000 – Rp 35.000





Anda dapat memesan ke website : www.manadotravelnews.blogspot.com, atau melalui email : manadotravelnews@gmail.com

Barang akan dikirim ke alamat pembeli menggunakan layanan pos / Tiki.

Untuk pembelian di bawah Rp.500.000,
- ongkos kirim sebesar Rp.15.000 s/ d 75.000,
- per pengiriman menjadi beban pembeli (harga dapat berubah sesuai pasar).

David D Steinly
Phone : +6285256333111
Manado, Sulawesi Utara Indonesia


Leave Message
* Please read the Important Notice before leaving message
* Required Fields


(Private)
(Private)
Sisa Jumlah Karakter 850

1 komentar:

  1. blog sangat bagus, senang sekali rasanya jika kami dapat bergabung dengan blog anda, serta dapat menjadi rekan bisnis anda, silakan klik http://kipassouvenir.blogspot.com/ untuk informasi lebih lanjut, trims

    BalasHapus

TOKOH IMAN KHARISMATIK

PAHLAWAN MENJADI KORBAN PERTUMBUHAN PENTAKOSTA
Paulus LumoindongPaulus Lumoindong, pendeta, Penggagas dan perintis Perkumpulan Lumoindong, penulis peneliti sejarah Minahasa dan Silsilah Lumoindong dan fam lainnya dari Minahasa. Pendiri dan Ketua yayasan Missi SejahteraPdt. Paulus Lumoindong atau lebih dikenal dengan nama Polce Lumoindong (lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 5 April 1945 – meninggal di Manado, 22 Oktober 1991 pada umur 46 tahun) adalah seorang rohaniawan Minahasa dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang rohaniawan nasional Indonesia. Paulus Lumoindong juga sebagai tokoh gereja. Ia dikenal dengan sebutan: "Si Alkitab berjalan" yang artinya: menyampaikan ceramah, khotbah dengan dapat menyebutkan satu pasal kata demi kata tepat seperti isi kitab, bahkan dalam berbagai ejaan dan terjemahan. Dalam pelayanannya di sebuah KKR seorang fotografer memotret dan tampak bayangan wajah malaikat. Penginjilan dengan api kebangunan rohani, roh nubuatan, kesembuhan, mujizat banyak terjadi dalam pelayanannya. Ia sebagai penerus pelayanan Persekutuan Pinkstergemeente, Indonesia.Mulai padamnya gerakan pentakosta dirasakan tahun 1970an, semangatnya yang bernyala untuk berdoa dan berpuasa membawanya berdoa puasa bersama mereka yang merindukan api gerakan pentakota berkobar lagi. Paulus Lumoindong pendiri lembaga Penginjilan Pentakosta Sedunia tahun 1970 bersama dengan sahabat-sahabatnya. Api Doa berkobar sehingga bersama team doa puasa mereka berdoa puasa berhari-hari bersama 400 an orang di kota Manado. Ribuan mujizat terjadi sehingga menarik banyak orang berduyun-duyun untuk mengalami mujizat kesembuhan, lawatan Tuhan. Beberapa orang yang telah meninggal diantaranya karena alkohol dan tewa kecelakaan lalulintas kemudian setelah didoakan tim persekutuan doa maka orang tersebut bangkit hidup kembali. Persekutuan doa yang mulanya hanya kelompok kecil kemudian telah menarik ratusan pendeta mengikutinya telah menjadi fenomena menarik di tahun 1970an. Para pemimpin organisasi yang merasa memiliki 'kuasa' mengadakan rapat untuk menghalangi gerakan ini meluas, hasil keputusan para pimpinan ini memecat para pendeta mereka yang ikut perekutuan doa tersebut.Pendoa yang menjadi kordinator notabene hanyalah seorang kostor digereja tersebut selain dipecat juga dimasukkan ke penjara dengan tuduhan melakukan pertemuan organisasi terlarang. Menunggangi keputusan presiden untuk memberantas ormas terlarang, laporan tokoh organisasi besar dengan mudah diikuti oknum aparat, sehingga W.Pangkey ditahan sekitar 5 tahun, tanpa diperhadapkan ke pengadilan. Hal ini menggenapi firman "Kamu akan dimasukkan kepenjara oleh pemimpin agama demi nama Tuhan". Setelah penangkapan dan pemecatan besar-besaran para pendeta, maka sejak itu bermunculanlah berbagai organisasi baru di Sulawesi Utara untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam berkumpul, beribadah. Diantaranya Yayasan Pekabaran injil Getsemani, Yayasan Pekabaran injil Kalvari, Berbagai persekutuan doa menjamur diseluruh Sulawesi utara bahkan merambat hingga keseluruh penjuru Indonesia. Kini persekutuan doa serta karismatik tak terbendung lagi, telah menjamur dimana-mana, bahkan yang dulunya dibenci dianggap sesat kini justru dibenarkan. Berbagai praktek persekutuan doa dan karismatik yang meluaskan bekerjanya Roh Kudus dengan manifestasi karunia kesembuhan, bahasa roh, dan lainnya juga pujian dengan menggunakan rebana dulunya dianggap sesat oleh pimpinan organisasi besar kini justru sudah diadopsi menjadi ciri khas organisasi tersebut.Paulus Lumoindong juga pendiri dan Ketua yang pertama Yayasan Missi Sejahtera . Ia meninggal di Manado hingga tiga kali setelah dua kali bangkit saat didoakan anak dan istrinya, etelah bangkit ia beraksi dibawah masuk sorga dan mendapatkan rumah pribadi yang diberikan Tuhan rumah luar biasa lebih dari istana dibumi, sedangkan rumah istrinya masih sementara dibangun. Saat meninggal ia sebagai Ketua persekutuan Jemaat Pentakosta Indonesia. Ia wafat pada tanggal 22 Oktober 1991 dan dimakamkan di Manado. PAHLAWAN MENJADI KORBAN PENTAKOSTAPaulus LumoindongPaulus Lumoindong, pendeta, Penggagas dan perintis Perkumpulan Lumoindong, penulis peneliti sejarah Minahasa dan Silsilah Lumoindong dan fam lainnya dari Minahasa. Pendiri dan Ketua yayasan Missi SejahteraPdt. Paulus Lumoindong atau lebih dikenal dengan nama Polce Lumoindong (lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 5 April 1945 – meninggal di Manado, 22 Oktober 1991 pada umur 46 tahun) adalah seorang rohaniawan Minahasa dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang rohaniawan nasional Indonesia. Paulus Lumoindong juga sebagai tokoh gereja. Ia dikenal dengan sebutan: "Si Alkitab berjalan" yang artinya: menyampaikan ceramah, khotbah dengan dapat menyebutkan satu pasal kata demi kata tepat seperti isi kitab, bahkan dalam berbagai ejaan dan terjemahan. Dalam pelayanannya di sebuah KKR seorang fotografer memotret dan tampak bayangan wajah malaikat. Penginjilan dengan api kebangunan rohani, roh nubuatan, kesembuhan, mujizat banyak terjadi dalam pelayanannya. Ia sebagai penerus pelayanan Persekutuan Pinkstergemeente, Indonesia.Mulai padamnya gerakan pentakosta dirasakan tahun 1970an, semangatnya yang bernyala untuk berdoa dan berpuasa membawanya berdoa puasa bersama mereka yang merindukan api gerakan pentakota berkobar lagi. Paulus Lumoindong pendiri lembaga Penginjilan Pentakosta Sedunia tahun 1970 bersama dengan sahabat-sahabatnya. Api Doa berkobar sehingga bersama team doa puasa mereka berdoa puasa berhari-hari bersama 400 an orang di kota Manado. Ribuan mujizat terjadi sehingga menarik banyak orang berduyun-duyun untuk mengalami mujizat kesembuhan, lawatan Tuhan. Beberapa orang yang telah meninggal diantaranya karena alkohol dan tewa kecelakaan lalulintas kemudian setelah didoakan tim persekutuan doa maka orang tersebut bangkit hidup kembali. Persekutuan doa yang mulanya hanya kelompok kecil kemudian telah menarik ratusan pendeta mengikutinya telah menjadi fenomena menarik di tahun 1970an. Para pemimpin organisasi yang merasa memiliki 'kuasa' mengadakan rapat untuk menghalangi gerakan ini meluas, hasil keputusan para pimpinan ini memecat para pendeta mereka yang ikut perekutuan doa tersebut.Pendoa yang menjadi kordinator notabene hanyalah seorang kostor digereja tersebut selain dipecat juga dimasukkan ke penjara dengan tuduhan melakukan pertemuan organisasi terlarang. Menunggangi keputusan presiden untuk memberantas ormas terlarang, laporan tokoh organisasi besar dengan mudah diikuti oknum aparat, sehingga W.Pangkey ditahan sekitar 5 tahun, tanpa diperhadapkan ke pengadilan. Hal ini menggenapi firman "Kamu akan dimasukkan kepenjara oleh pemimpin agama demi nama Tuhan". Setelah penangkapan dan pemecatan besar-besaran para pendeta, maka sejak itu bermunculanlah berbagai organisasi baru di Sulawesi Utara untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam berkumpul, beribadah. Diantaranya Yayasan Pekabaran injil Getsemani, Yayasan Pekabaran injil Kalvari, Berbagai persekutuan doa menjamur diseluruh Sulawesi utara bahkan merambat hingga keseluruh penjuru Indonesia. Kini persekutuan doa serta karismatik tak terbendung lagi, telah menjamur dimana-mana, bahkan yang dulunya dibenci dianggap sesat kini justru dibenarkan. Berbagai praktek persekutuan doa dan karismatik yang meluaskan bekerjanya Roh Kudus dengan manifestasi karunia kesembuhan, bahasa roh, dan lainnya juga pujian dengan menggunakan rebana dulunya dianggap sesat oleh pimpinan organisasi besar kini justru sudah diadopsi menjadi ciri khas organisasi tersebut.Paulus Lumoindong juga pendiri dan Ketua yang pertama Yayasan Missi Sejahtera . Ia meninggal di Manado hingga tiga kali setelah dua kali bangkit saat didoakan anak dan istrinya, etelah bangkit ia beraksi dibawah masuk sorga dan mendapatkan rumah pribadi yang diberikan Tuhan rumah luar biasa lebih dari istana dibumi, sedangkan rumah istrinya masih sementara dibangun. Saat meninggal ia sebagai Ketua persekutuan Jemaat Pentakosta Indonesia. Ia wafat pada tanggal 22 Oktober 1991 dan dimakamkan di Manado.